MEMASANG INSTALASI LISTRIK RUMAH TINGGAL

 

1. KEGIATAN BELAJAR

 

1.1        KEGIATAN PEMELAJARAN

 

1.1.1   Kompetensi     : Memahami dan mampu memasang instalasi penerangan rumah tinggal

1.1.1. Kriteria Kinerja

  • Mampu memasang instalasi listrik penerangan rumah tinggal dengan benar, baik, cepat, terampil aman dan memenuhi persyaratan PUIL.

 

1.1.2. Tujuan Pemelajaran

Setelah mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan untuk dapat :

  1. Melakukan keterampilan dasar instalasi listrik penerangan seperti membuat terminasi, membuat sambungan penghantar, membengkokan pipa pralon, dan memasang fitting lampu dengan kabel pendel pendel snor dengan benar dan baik.
  2. Megukur tahanan isolasi instalasi listrik penerangan dan memasang penghantar dari dak standar ke tiang pengisi.

 

2.2   URAIAN MATERI

 

 

    PROSEDUR MEMASANG INSTALASI LISTRIK RUMAH TINGGAL

Cakupan Panduan :

 

  • Memahami instalasi penerangan rumah tinggal
  • Memasang instalasi penerangan rumah tinggal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.2.1. MATERI: DASAR-DASAR INSTALASI

Tujuan Tutorial
  1. Melakukan keterampilan dasar instalasi listrik

                          PENERANGAN RUMAH TINGGAL

 

A. Sistem Distribusi

Instalasi listrik untuk penerangan atau biasa disebut instalasi penerangan adalah instalasi listrik yang memberi tenaga listrik untuk keperluan penerangan (lampu) dan alat-alat yang lain.

Biasanya instalasi penerangan di dalam rumah-rumah dan gedung-gedung mempergunakan sistem radial, karena sederhana dan mudah pengamanannya.

Banyaknya beban yaitu jumlah lampu dan alat yang lain dibagi kelompok-kelompok/group. Pembagian group ini dimaksudkan untuk mempertinggi keandalan dari sistem itu. Apabila salah satu group mendapat gangguan hubung singkat maka hanya group itulah yang terputus hubungannya, sedang group yang lain tak terganggu.

 

B. Penentuan banyak dan kekuatan lampu

Jumlah dan kekuatan lampu yang dibutuhkan oleh suatu ruangan tergantung pada :

  1. Macam penggunaan dari ruang tadi, setiap macam penggunaan macam ruang mempunyai kebutuhan kuat penerangan yang berbeda.
  2. Luas dan ukuran dari ruang tersebut, makin luas makin banyak penggunaan lampunya.
  3. Keadaan dinding dari ruangan tadi menyerap atau memantulkan cahaya.
  4. Macam atau jenis lampu.

 

Letak dan banyak lampu untuk suatu ruang harus ditentukan sedemikian rupa sehingga ruang tersebut mendapat sinar terbagi rata, tempat-tempat yang menndapat cahaya dari suatu titik sumber cahaya, kuat penerangan dapat dinyatakan dengan rumusan di bawah ini :

dimana

EB       : Kuat penerangan di B (lemah/m2  atau  lux)

I           : Kuat cahaya dari lampu  (elemen)

h          : Tinggi lampu dari bidang kerja.

a          : Sudut penyinaran.

 

 

 

 

Gambar 1. Kuat Cahaya dari Titik Sumber Lampu

 

Supaya sinar lampu yang jatuh pada bidang bisa agak terbagi rata maka sudut penyinaran ( a ) jangan melampaui 45° jadi a £ 45° hal ini dapat diterangkan sebagai berikut :

Titik A adalah yang mendapat kuat penerangan yang terbaik sedang titik B adalah titik yang kuat penerangannya paling kurang baik pada bidang BB.

Kuat penerangan di A :

 

Kuat penerangan di B :

Maka untuk sudut a = 45°, tempat yang paling kurang baik (B) mendapat kuat penerangan ± ⅓ kali kuat  penerangan dari tempat yang terbaik (A).

 

C. Menentukan Letak Lampu Menurut Siemens

Dalam hal cara menentukan titik lampu disini akan diambil yang dengan sistem penerangan langsung.

 

 

 

dimana :

hn : tinggilampu sampai                      bidang kerja.

a     :   jarak antar lampu

0,7 :  faktor penerangan langsung dengan reflektor.

Gambar 2. Sistem Penerangan Langsung

Dengan telah ditetapkannya jarak antara lampu dengan lampu maka jumlah lampu seluruhnya dalam suatu ruangan dapat dihitung:

  1. Banyak lampu yang sejajar panjang : panjang ruangan dibagi jarak antar lampu.
  2. Banyak lampu yang sejajar lebar : lebar ruangan dibagi dengan jarak antar lampu maka jumlah lampu semuanya yang diperlukan pada ruangan tersebut adalah banyak lampu sejajar panjang dikalikan dengan lampu yang sejajar lebar ruangan tersebut.

 

D. Menentukan Besar Kekuatan Lampu

Untuk menentukan kekuatan lampu yang dibutuhkan oleh suatu ruang dapat ditentukan dengan melihat/menghitung berapa jumlah arus cahaya (lumen) yang diperlukan oleh ruang tersebut.

Untuk menghitung besarnya arus cahaya (lumen) yang dibutuhkan suatu ruang dipakai rumus :

Dimana :

f        =  jumlah arus cahaya yang diperlukan oleh ruang tersebut dalam satuan lumen.

A   =   Luas bidang yang diterangi untuk ruangan , biasanya luas lantainya (m2).

E   =  Kuat penerangan ( lumen per m2 atau lux ) yang diminta untuk tempat/ruang itu.

h    =   Rendemen dari sistem ruangan yang dipakai.

Jumlah arus cahaya tiap lampu selanjutnya dapat dihitung dari :

 

Kekuatan lampu dapat ditetapkan dari tabel lumen (arus cahaya) dari lampu-lampu.

 

E. Penentuan Banyak Kelompok Penerangan

Menurut Peraturan Umum Instalasi Listrik di Indonesia (Pasal 661 C1) : “Instalasi penerangan harus dibagi dalam group-group (kelompok) dan setiap group harus diamankan sendiri-sendiri dengan pengaman arus lebih (sekring) dan saklar. Banyaknya titik-titik pengambilan arus untuk setiap group paling banyak 9 titik”.

Pada instalasi yang mempergunakan supply 3 phase untuk memudahkan dalam menentukan keseimbangan beban nantinya sebaiknya (tidak mutlak) dibuat agar banyaknya group merupakan angka kelipatan  tiga.

Setelah ditentukan berapa banyaknya group/kelompok penerangan kemudian ditentukan lampu-lampu atau stop kontak-stop kontak manakah yang ikut dalam tiap-tiap group tersebut.

Untuk menentukannya maka perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

  1. Sebaiknya jarak tiap-tiap pengambilan arus untuk setiap group jangan terlalu jauh atau menyebar, hingga hantaran yang digunakan tidak terlalu panjang (ingat rugi-rugi tegangan dan harga kawat).
  2. Sedapat mungkin setiap group memerlukan daya yang sama/hampir sama, sehingga dalam menenentukan keseimbangan mudah.
  3. Dalam  satu ruangan hendaknya dibagi dalam beberapa group dan sebaiknya setiap group berlainan phasenya karena bila salah satu group mati masih ada supply listrik dari group yang lain.
  4. Untuk gedung-gedung yang besar, misalnya gedung kuliah, bengkel kerja, gedung pertunjukan dan sebagainya penerangan harus dibagi sekurang-kurangnya 2 group dan setiap group dipasang dalam phase yang berlainan.

 

F. Penentuan Keseimbangan Beban

Pada rumah-rumah atau gedung-gedung yang besar dimana tenaga listrik yang tersedia terdiri dari 3 phase, maka harus dihitung/direncanakan agar beban tiap-tiap phasenya sama atau berbeda sedikit sekali, sehingga ketiga fasenya akan setimbang. Cara menentukan/merencanakan keseimbangan beban ini dilakukan dengan jalan coba-coba. Beban tiap-tiap group dihitung, kemudian dicoba-coba.

Beban tiap-tiap group dihitung, kemudian dicoba dimasukkan dalam tiap-tiap phase sehingga diperoleh keseimbangan. Oleh karena itu akan mudah menentukan keseimbangan beban ini apabila jumlah group dapat dibagi 3 (kelipatan tiga) dan beban tiap group sama atau hampir sama.

 

 

 

 

G. Penentuan Ukuran Sekring dan Penghantar

Yang dimaksud ukuran sekring disini adalah besarnya arus “rating”/arus nominal dari sekring. Sedang yang dimaksud ukuran penghantar disini adalah ukuran luas penampang kawat penghantar tadi.

Faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran        kawat penghantar yang dipergunakan untuk suatu instalasi adalah sebagai berikut :

  1. Kuat arus yang dibutuhkan beban, yang mengalir ada kawat penghantar tersebut.
  2. Jenis kawat/macam isolasi kawat yang dipakai. Kemampuan menyalurkan arus (current carrying capasity) besarnya tergantung dari jenis kawat/macam isolasi kawat yang dipakai dan ukuran kawat.
  3. Kerugian tenaga dan kerugian tegangan (voltage drop) maximum diperkenankan yaitu makin besar ukuran kawat penghantar, makin kecil rugi-rugi.
  4. Ukuran minim kawat penghantar yang diperkenankan dipasang menurut peraturan-peraturan dalam keselamatan.

Adapun cara menentukan ukuran sekring dan kawat penghantar yang dipakai untuk pemasngan suatu instalasi penerangan adalah sebagai berikut ;

  1. Dihitung lebih dulu berapa watt seluruh beban pada  kawat penghantar tersebut berdasarkan besar beban itu, dihitung besar arus listrik (ampere) yang mengalir pada kawat yaitu dengan menggunakan rumus ;

1). Arus bolak-balik satu phase :

 

2). Arus bolak-balik tiga phase :

dimana:

I              = arus yang mengalir pada kawat (Ampere)

P            = besar muatan/daya (Watt)

V            = tegangan antar kawat (Volt)

Cos j    = faktor daya dari beban

 

  1. Dicari ukuran/rating sekring, dimana arus nominal/rating dari sekring patron lebur harus lebih besar sedikit atau sama dengan arus beban.

I  sekring /I  beban

Jika yang dicari ukuran sekring utama yang melindungi hantaran pengisi (feeder) maka digunakan faktor serempak (demam factor yaitu K jadi :

I  sekring  /  K x I  beban total tiap group

 

  1. Ukuran kawat penghantar dapat dicari pada tabel yang berhubungan antara sekring- ukuran penghantar.
  2. Ukuran penghantar yang telah didapat kemudian dicek lagi:

1)    Harus lebih besar/sama dari ketentuan batas minimum ukuran   penghantar yang diperkenankan menurut PUIL.

2)    Rugi-rugi tegangan jangan melebihi batas yang ditentukan.

Untuk mengecek apakah sesuai rugi-rugi tegangannya dipakai rumus sebagai berikut :

a). untuk arus searah :

 

 

b). untuk arus bolak balik 1 phase:

 

c). untuk arus bolak balik 3 phase :

 

dimana:

S = penampang kawat minimum supaya rugi- rugi tegangan sesuai peraturan (mm2).
L = panjang/jarak penghantar dari sumber tenaga ke beban.
r = tahanan jenis penghantar (W / m / mm2 . A) Cu r = 0,0175.
l = arus yang mengalir pada penghantar          (Ampere)
Cos j =   faktor daya
Vr = rugi tegangan antara kawat yang diperkenankan (Volt)

Adapun batas umum ukuran penghantar yang diperkenankan dipasang adalah :

1)       Peloloh (feeder) ke papan bagi utama, umum penampangnya 4 mm2 kecuali untuk rumah-rumah kecil.

2)       Untuk nilai hubung lebih dari 250 VA penghantar yang dipasang tetap, penampang tembaganya minim 2,5 mm2 kecuali :

  1. Penghantar diantaranya ornamen-ornamen penerangan dan saklar atau antara saklar satu sama lain yang bersangkutan dengan ornamen penerangan yang dipasang tetap penampang minim 1,5 mm2.
  2. Penghantar di dalam/pada ornamen-ornamen penampangnya minim 0,5 mm2.

 

H.  Ketrampilan Dasar Dalam Instalasi Listrik Penerangan

Untuk dapat memasang Instalsi Listrik Penerangan dengan benar dan baik maka harus dikuasai ketrampilan dasar sebagai berikut :

  1. Membuat terminasi pada ujung kawat yang akan dipasang pada sekrup terminal.
  2. Membuat sambungan kawat seperti sambungan ekor babi, sambungan Datar, sambungan Bell Hangers dan Western Union.
  3. Membengkok pipa pralon.
  4. Memasang fitting lampu dengan kabel pendel snor.

Lembar Kerja

Alat dan Bahan

  1. Pisau/pengupas kabel
  2. Tang potong
  3. Tang bulat
  4. Tang kombinasi
  5. Pengukur
  6. Kabel NYA 2.5; 4; 6; 10mm2
  7. Gergaji
  8. Lilin atau lampu minyak
  9. Pipa paralon

10. Obeng kecil

11. Pendel snoer

12. Benang tali.

 

Keselamatan Kerja

  1. Perhatikan cara menggunakan pisau
  2. Atur alat dan bahan sedemikian rupa agar mudah dan cepat dalam mengambil dan mepergunakan alat.
  3. Perhatikan cara menggunakan alat dengan benar agar tidak terluka.
  4. Gunakan alat dan ambil alat yang diperlukan saja agar tidak berserakan.
  5. Jangan terlalu dekat dengan api (lampu atau lilin) yang dipergunakan untuk memanaskan pipa.

 

Langkah Kerja

Memasang fitting gantung dengan pendel snoer.

  1. Perhatikan lembar kerja yang tersedia !
  2. Tentukan ujung kabel yang akan dikupas, perhatikan cara mengupas kabel yang benar seperti Gambar 1. !

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Mengupas Kabel

  1. Letakkan mata pisau hampir sejajar kabel !
  2. Iriskan perlahan-lahan dan hati-hati, usahakan agar inti kabel (core) tidak terluka karena kupasan. Perhatikan panjang kupasan yang diperlukan !
  3. Untuk membuat loop gunakan tang bulat !
  4. Ikutilah petunjuk pada Gambar 2. berikut :

 

 

 

 

 

 

Gambar 2. Membuat Loop

Membuat bermacam – macam sambungan kabel.

  1. Setelah kegiatan pertama  selesai maka lakukan kegiatan selanjutnya dengan membuat macam-macam sambungan !
  2. Tentukan ujung kabel yang akan disambung, perhatikan cara menyambung kabel sesuai dengan Gambar 3 ,4, 5, dan 6 !

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.

Sambungan Ekor Babi.

 

Gambar 4.

Sambungan Datar

 

Gambar 5.

Sambungan Bell Hangers

 

Gambar 6.

Sambungan Western Union

 

  1. Mulailah menyambung kabel sesuai dengan petunjuk yang ada pada Gambar di atas !
  2. Gunakan tang sesuai dengan kebutuhan !
  3. Untuk membuat ukuran perhatikan skala yang ada pada Gambar di atas !

 

Membengkok pipa pralon

  1. Untuk melakukan percobaan membekokkan pipa paralon hendaknya membaca petunjuk Gambar dan perhatikan ukuran – ukuran yang diperlukan.
  2. Potonglah pipa paralon seperlunya.
  3. Pegang ujung – ujung pipa yang akan dibengkokkan dan peganglah diatas lilin.
  4. Putarlah pipa agar seluruh diameter pipa panas, usahakan agar pipa jangan terlalu dekat dengan pipa.
  5. Sambil dipanaskan, tekanlah dua ujung pipa perlahan – lahan dan sedikit demi sedikit dibentuk bengkokkan sesuai dengan kebutuhan.
  6. Jangan terlalu cepat dan keras pada saat membengkokan agar tidak terjadi yang berlebihan pada pipa.
  7. Lakukan pembengkokkan pipa menurut jenis-jenis belokan pada Gambar di bawah ini:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.

Proses Membengkokan Pipa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Memasang fitting gantung dengan Pendel snoer.

  1. Perhatikan apa yang ada pada Gambar !
  2. Buatlah tali jangkar dengan tali dari pendel snoer pada ring nipel fitting gantung !
  3. Ikatlah dengan tali ujung – ujung pendel snoer yang berinti dan potonglah tali sisa agar rapi !
  4. Berikan panjang cadangan dengan bentuk kumis kucing  diberikan pada bagian fitting pafon rozet, kemudian ikat bersama– sama dengan tali jangkar pada fitting maupun plafon roset !
  5. Pasanglah pendel snoer pada fitting dengan kabel berbenang merah disambung pada titik tengah fitting. demikian pula pada bagian plafon !

Lembar Latihan

Amati hasil pekerjaan setiap langkah percobaan diatas, apakah termasuk kriteria kualitas instalasi yang sangat baik, baik, sedang atau kurang. Jika termasuk kriteria sedang atau kurang maka harus dilatih lagi percobaan tersebut !

 

Gambar 9.

Memasang Fitting Gantung dengan Pandel Snoer

 

2.2.2. MEMASANG KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

Tujuan Tutorial
  1. Memahami komponen dasar instalasi listrik
  2. Mampu memasang komponen dasar instalasi listrik

PENERANGAN RUMAH TINGGAL

 

 

 

 

Setiap pekerjaan membutuhkan cara penyelenggaraan yang teratur dan seksama yang disesuaikan dengan peraturan keamanan. Beberapa faktor sebagai pegangan / pedoman untuk suatu instalasi yang baik antara lain sebagai berikut :

  1. Segala sesuatu dari instalasi diambil dari bahan yang
  2. memenuhi tuntutan dalam peraturan dan dipasang sesuai dengan peraturan itu.
  3. Pelaksanaan harus dipasang sehemat mungkin.
  4. Penetapan titik cahaya dan kontak tusuk harus memenuhi
  5. tujuan praktis dan tepat.
  6. Mengikuti ketentuan arsitektur ruangan dalam.
  7. Mengikuti rencana listrik yang telah ditetapkan.

Rencana instalasi listrik adalah satu berkas gambar rencana dan uraian teknik yang akan dipergunakan sebagai pegangan untuk melaksanakan pemasangan suatu instalasi listrik. Rencana instalsi listrik harus dibuat dengan jelas dan mudah dibaca dan dimengerti oleh para teknisi listrik. Untuk itu harus diikuti penggunaan standar yang berlaku.

Rencana instalasi listrik terdiri dari :

  1. Gambar Situasi, yang menunjukkan dengan jelas letak gedung atau tempat instalasi tersebut akan dipasang dan rencana penyambungan dengan sumber tenaga listrik.
  2. Gambar Instalasi, meliputi :
    1. Rencana tata letak yang menunjukkan dengan jelas perletakkan  (pemasangan) peralatan listrik, pesawat listrik maupun sarana-sarana kontrolnya (pelayanan), seperti titik lampu, kotak kontak, sakelar, motor listrik, PHB, dll.
    2. Rencana hubungan peralatan listrik atau pesawat listrik dengan alat-alat pengontrolnya, seperti antara lampu dengan saklar, pengasut dengan motornya, fan dengan alat pengatur kecepatannya, yang merupakan sebagian dari rangkaian akhir atau cabang rangkaian akhir.
    3. Gambar ataupun pemberian tanda (keterangan yang jelas) hubungan antara bagian-bagian dari rangkaian akhir tersebut dengan PHB yang bersangkutan.
    4. Memberi tanda atau keterangan yang jelas pada setiap peralatan listrik atau pesawat listrik
  3. Diagram Garis Tunggal, yaitu meliputi :
    1. Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran nominal dari komponennya.
    2. Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan pembagiannya.
    3. Sistem Pentanahan.
    4. Ukuran dan jenis hantaran yang dipakai.
  4. Gambar Detail, yang meliputi :
    1. Perkiraan ukuran fisik dari PHB.
    2. Cara pemasangan alat-alat listrik.
    3. Cara pemasangan kabel.
    4. Cara kerja instalasi kontrol.

Gambar detail tersebut dapat juga diganti dan atau dilengkapi dengan keterangan tertulis.

  1. Perhitungan teknis, bila dianggap perlu, yang meliputi perhitungan seperti :
  1. Rugi tegangan.
  2. Perbaikan faktor kerja.
  3. Daya terpasang dan kebutuhan maksimum.
  4. Arus hubung singkat dan daya hubung singkat.
  5. Tingkat penerangan.
  1. Daftar bahan instalasi, seperti :
    1. Jumlah dan jenis kabel, hantaran dan perlengkapan.
    2. Jumlah dan jenis perlengkapan bantu.
    3. Jumlah dan jenis PHB.
    4. Jumlah dan jenis armatur lampu.
  2. Uraian teknis, seperti :
    1. Ketentuan teknis dari peralatan listrik yang dipasang dan cara pemasangannya.
    2. Cara pengujian.
    3. Rencana waktu pelaksanaan.
  3. Perkiraan Biaya.

Berikut ini diberikan contoh gambar macam instalasi penerangan 1 fase 2 group sebuah rumah tinggal yang dilengkapi dengan banyaknya kebutuhan alat dan bahan yang diperlukan  :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 10. Bagan Instalasi

 

Gambar 11. Diagram Satu Garis dan Denah Lokasi

 

Tabel 1.

Daftar Kebutuhan Bahan Suatu Instalasi Listrik

Penerangan Rumah Tinggal

No

Material

Ukuran

Satuan

Banyak

Toleransi

Jumlah

Harga

1

NYA  merah

2,5 mm2

rol

3

3

 

2

NYA  hitam

2,5 mm2

rol

3

3

 

3

Saklar tunggal

10 A

bh

6

1

7

 

4

Saklar seri

10 A

bh

4

4

 

5

Saklar tukar

10 A

Bh

4

4

 

6

Lampu pijar

60 W

bh

3

3

 

7

Lampu pijar

25 W

bh

6

1

7

 

8

Lampu pijar

10 W

bh

2

2

 

9

Lampu pijar

5 W

bh

2

2

 

10

Lampu TL

40 W

bh

1

1

 

11

Lampu TL

20 W

bh

4

4

 

12

Lampu TL

10 W

bh

1

1

 

13

Frame TL

1,25 m

bh

1

1

 

14

Frame TL

0,6 m

bh

4

4

 

15

Frame TL

0,4 m

bh

1

1

 

16

Stop kontak

10 A

bh

6

1

7

 

17

Pipa pralon

5/8 “

bh

8

1

9

 

18

Fitting duduk

10 A

bh

13

1

14

 

19

Isolator

1 “

bh

200

20

220

 

20

Boch

5/8 “

bh

30

3

33

 

21

Zoek

5/8 “

bh

15

2

17

 

22

Roset kayu

Æ 7 cm

bh

13

1

14

 

23

Skrup kayu

1 “

dos

1

1

 

24

Paku

Reng

kg

0,5

0,5

 

25

Benang kasur

rol

2

2

 

26

Lasdop

3 x 25

bh

20

2

22

 

27

Skrup kayu

5/8 “ x 5

dos

1

1

 

28

MCB

10 A

bh

1

1

 

29

T. dos

5/8 ”

bh

8

1

9

 

30

Sekring

6 A

bh

2

2

 

31

Elektroda batang

2 m

bh

1

1

 

 

Pelaksanaan instalasi listrik penerangan rumah tinggal secara garis besar tersusun atas beberapa kegiatan antara lain :

  • Pemasangan pipa dalam tembok.
  • Memasukan penghantar dalam pipa.
  • Pemasangan saklar, lampu dan stop kontak.
  • Pemasangan CB, KWH, kotak sekring dan pentanahan.
  • Pengujian tahanan isolasi
  • Penyambungan kawat dari dak standard ketiang feeder (pengisi).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lembar Kerja

Alat dan Bahan
  1. Sebuah rumah tinggal yang akan dipasang instalasi listrik penerangan.
  2. Satu gambar rencana instalasi listrik penerangan yang telah ditetapkan.
  3. Material instalasi listrik penerangan dengan jumlah sesuai perencanaan :
1)   Kabel NYA 2,5 mm2 merah 16)  Fitting gantung
2)   Kabel NYA 1,5 mm2 merah 17)  Kabel pendel snoer
3)   Kabel NYA 2,5 mm2 hitam 18)  Unit lampu TL
4)   Kabel NYA 1,5 mm2 hitam 19)  Lampu pijar
5)   Kabel NYA 2,5 mm2 loreng  hijau kuning 20)  Kabel NYM 3 x 4 mm2
21)  Kotak sekring
6)   Pipa pralon  (PVC) 22)  Patron Sekring
7)   Klem 23)  MCB
8)   Paku klem 24)  KWHmeter
9)   Kotak cabang (T.dos) 25)  Dak Standard
 10)   Bosch 26)  Kabel DX
 11)   Roset 27)  Kawat BC 6 mm2
 12)   Saklar tunggal 28)  Elektroda batang
 13)   Saklar seri 29)  Stop kontak
 14)   Tule 30)  Lasdop
 15)   Fitting lampu 31)  Isolasi pita
  1. Gergaji besi  …………………………………………………..           1 buah
  2. Palu  ………………………………………………………………           1 buah
  3. Betel  ……………………………………………………………..           1 buah
  4. Cetok  …………………………………………………………….           1 buah
  5. Pasir  ……………………………………………………………..           secukupnya
  6. Semen  ………………………………………………………….           secukupnya

10.Trek boor  ……………………………………………………….            1 buah

11.Obeng pipih  ………………………………………………….           1 buah

12.Obeng kembang  …………………………………………..           1 buah

13.Test pen  ………………………………………………………..           1 buah

14.Pensil  ……………………………………………………………           1 buah

15.Penggaris kayu  …………………………………………….           1 buah

 

Keselamatan Kerja

  1. Gunakan semua peralatan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
  2. Hati-hati menggunakan paku untuk mengeklem pipa, jangan sampai memukul pipa atau tangan.

 

Langkah kerja

Pemasangan Pipa Dalam Tembok Dan  Rangka Kayu Diatas Plafon

  1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan !
  2. Buat garis bantu lurus pada tembok maupun pada rangka kayu diatas plafon yang akan diapasangi pipa sesuai dengan jalur kabel yang ada pada Gambar perencanaan instalasi listrik penerangan !
  3. Buatlah alur pada tembok sesuai dengan garis bantu tersebut diatas dengan lebar dan dalam kurang lebih 4 cm menggunakan betel dan palu !
  4. Buatlah lubang pada ujung alur yang akan dipasangi saklar dan stop kontak dengan ukuran sesuai dengan tempat pencengkeram saklar dan stop kontak, dengan ketinggian dari lantai 150 cm !
  5. Demikian pula buatlah lubang yang akan digunakan sebagai tempat pemasangan kotak sekring dengan ukuran sesuai dengan dasar body kotak sekring dan tinggi dari lantai 190 cm !
  6. Buatlah lubang yang menembus tembok dibawah tempat pemasangan kotak sekring dengan ukuran sedikit lebih besar dari pipa PVC 5/8” yang berfungsi untuk ditempati penghantar yang akan menghubungkan kotak sekring di dalam tembok dan KWHmeter serta MCB diluar tembok !
  7. Pasanglah pipa ke dalam alur yang telah dibuat serta hubungkan pipa satu ke pipa lain melalui pencabang pipa (T.dos) diatas plafon, pasangkan klem pada pipa tersebut dengan jarak antara T.dos dan klem sebesar 5 cm dan antar klem sebesar 80 cm sampai 100 cm. Pasang pula pipa pada rangka kayu diatas plafon sebagai jalur menuju lampu !
  8. Pasanglah body penjepit saklar, stop kontak dan kotak sekring pada lubang yang telah dibuat !
  9. Kembalikan alat yang digunakan sera bersihkan lantai dari kotoran yang ada !

 

Memasukkan Penghantar Dalam Pipa Dan Membuat Hubungan Saklar, Fitting Lampu Dan Stop Kontak.

  1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan !
  2. Masukkan kabel penghantar ke dalam pipa-pipa yang telah dipasang seperti tersebut diatas dengan jumlah sesuai dengan gambar rencana. Untuk jalur utama group dan melayani beban stop kontak digunakan kabel NYA berukuran 2,5 mm2, sedangkan hubungan dari saklar ke lampu boleh menggunakan kabel NYA berukuran 1,5 mm2. untuk memudahkan penyambungan umumnya kabel NYA merah digunakan sebagai penghantar nol sedangkan NYA warna hitam sebagai penghantar phasa !
  3. Siapkan saklar, stop kontak dan pasanglah fiting lampu sesuai dengan letak yang telah ditentukan, selanjutnya hubungkan penghantar dengan saklar, fiting lamp dan stop kontak dengan cara membuat terminasi pada ujung penghantar yang kemudian disekrupkan pada saklar, stop kontak dan fiting lampu serta membuat sambungan penghantar pada T.dos dengan rangkaian yang benar !
  4. Pasanglah saklar dan stop kontak pada dasar body pencengkeram dengan cara memutar sekrup!
  5. Tutuplah T.dos dengan penutup, selanjutnya tutup kembali alur tembok yang telah ditanami pipa tersebut dengan adonan pasir dan semen serapi mungkin !
  6. Pasanglah semua lampu pijar pada fiting masing-masing atau lampu TL pada armaturnya !
  7. Bersihkan kotoran yang ada pada lantai serta kemblikan peralatan pada tempatnya !

 

 

 

 

Memasang Kotak Sekring, Kwhmeter Dan Mcb Serta Elektroda Batang

  1. Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan.
  2. Pasanglah body kotak sekring dan KWHmeter serta MCB pada tempat yang telah disiapkan sesuai dengan gambar rencana.
  3. Rangkailah hubungan MCB, KWHmeter dan kotak sekring seperti pada gambar yang terlampir
  4. Pasanglah pula penghantar kabel 4 mm2 dari dak standard ke MCB dan KWHmeter.
  5. Pasanglah patron sekring pada kotak sekring dengan ukuran sesuai perencanaan.
  6. Tancapkan elektroda batang ke dalam tanah dengan cara dipukul hingga terpendam dalam tanah, kemudian hubungkan elektroda batang ke body KWHmeter dan kotak sekring menggunakan kawat BC 6 mm2.
  7. Bersihkan kotoran yang ada akibat semua pekerjaan ini.
  8. Kembalikan peralatan yang digunakan ke tempatnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 12. Pemasangan KWHMeter dan Kotak Sekring

Lembar Latihan

Amati hasil pekerjaan setiap langkah percobaan diatas, apakah termasuk kriteria kualitas instalasi sangat baik, baik, sedang atau kurang. Jika termasuk kriteria sedang atau kurang maka harus dilatih lagi percobaan tersebut.

 

2.2.3. materi : MENGUKUR TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK

                           PENERANGAN DAN MEMASANG PENGHANTAR

Tujuan Tutorial
  1. Mampu memasang tahanan isolasi instalasi listrik
  2. Mampu memasang penghantar

 

 

 

 

 

 

Suatu instalasi baru, belum boleh diberi tegangan sebelum diukur tahanan isolasinya. Hal ini perlu untuk mencegah kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi karena adanya isolasi yang kurang baik atau hubung singkat antara penghantar-penghantar.

Tahanan isolasi antara dua penghantar atau antara penghantar dengan tanah paling sedikit harus ada 1000 x tegangan kerja.

Untuk instalasi listrik tiga fase yang perlu diukur tahanan isolasinya ialah :

  1. Tahanan isolasi antara R – S
  2. Tahanan isolasi antara S – T
  3. Tahanan isolasi antara R – T
  4. Tahanan isolasi antara R – 0
  5. Tahanan isolasi antara S – 0
  6. Tahanan isolasi antara T – 0
  7. Tahanan isolasi antara R – tanah
  8. Tahanan isolasi antara S – tanah
    1. Tahanan isolasi antara T – tanah

Untuk sumber tegangan 1 fasa maka pengukuran dilakukan antara fase – nol dan fase – ground.

Pada pengukuran-pengukuran tersebut diatas, semua lampu-lampu/pemakai dalam keadaan terbuka, sedang saklar-saklar dan sekring-sekring dalam keadaan terhubung.

Pengukuran dilakukan dengan “Megger”. Apabila dari hasil pengukuran ternyata nilai tahanan isolasinya kurang dari 1000 kali tegangan kerja maka instalasi harus diperiksa secara teliti bagian demi bagian untuk mencari letaknya kesalahan.

Apabila pengukuran tahanan isolasi Instalsi Listrik Penerangan telah memenuhi persyaratan maka Instalasi Listrik Penerangan pada rumah tinggal tersebut boleh dihubungkan dengan sumber tegangan listrik pada tiang pengisi. Untuk menghubungkan instalasi listrik penerangan rumah dengan sumber tegangan listrik pada tiang pengisi umumnya digunakan penghantar DX, Twisted ataupun BC melewati dak standard.

 

Lembar Kerja

Alat dan Bahan
  1. Megger  ………………………………………………………….      1 buah
  2. Penghantar DX  …………………………………………….      secukupnya
  3. Tang kombinasi  ……………………………………………      1 buah
  4. Tangga  ………………………………………………………….      1 buah
  5. Test pen  ………………………………………………………..      1 buah

 

Keselamatan kerja

  1. Gunakan semua peralatan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
  2. Gunakan sarung tangan, sepatu dan sabuk pengaman pada saat menyambung penghantar DX ke tiang listrik.

 

Langkah kerja

Pengukuran Tahanan Isolasi Pada Instalasi Listrik Penerangan

  1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan, terutama megger.
  2. Hidupkan saklar dikutub pada kotak sekring, MCB dan semua saklar, namun semua lampu dilepas.
  3. Ukurlah tahanan isolasi dengan menggunakan megger pada hantaran phasa dengan nol dan phasa dengan ground, catat hasil pengukuran tersebut.
  4. Jika hasil pengukuran lebih besar dari (1000 x 220) W berarti instalasi listrik tersebut memenuhi syarat, namun bila hasilnya kurang dari harga tersebut maka instalasi belum memenuhi persyaratan dan harus dicek ulang tentang kesalahan atau kerusakan yang mungkin terjadi.
  5. Kembalikan semua peralatan yang digunakan.

 

Pemasangan Penghantar Dx Dari Dak Standard Ke Tiang Listrik

  1. Siapkan peralatan yang digunakan.
  2. Tarik penghantar DX dengan lurus dengan panjang memenuhi jarak dak standard dengan tiang listrik.
  3. Sambunglah penghantar DX tersebut dengan kabel yang ada pada dak standard baik phase maupun nol secara kuat.
  4. Ujung penghantar DX yang lain ditarik menuju tiang listrik untuk selanjutnya pengait mekanik dipasang pada bagian tiang dan sambunglah penghantar phase DX ke phase tiang serta nol penghantar DX ke nol penghantar tiang.
  5. Cobalah semua beban instalasi dihidupkan; jika sudah bekerja dengan baik kembalikan alat dan bahan yang diperlukan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 13. Saluran Rumah DX

 

Lembar Latihan

Ulangi beberapa kali pengukuran tahanan Isolasi Instalasi Listrik Penerangan seperti tersebut pada lembar kerja sampai terampil. Demikian halnya ulangi beberap kali penyambungan penhantar DX dari dak standard ke tiang pengisi sampai terampil dan hasilnya baik, rapi dan kuat.

LEMBAR EVALUASI

 

A. Pertanyaan

Disediakan sebuah rumah tinggal yang akan dipasang instalasi listrik penerangan 1 phasa 2 group beserta gambar rencana instalasi dan alat serta bahan yang diperlukan.

Pasanglah instalasi listrik penerangan rumah tinggal tersebut dengan benar, baik, rapi, aman dan memenuhi persyaratan PUIL.

 

 

Kriteria Kelulusan

 

No
Kriteria

Skor

(1-10)

Bobot

Nilai

Keterangan

1
Kebenaran gambar

2

Syarat lulus :

Nilai minimal 70

2

Kebenaran instalasi

4

3

Kerapian dan ketelitian

2

4

Kecepatan kerja

1

5

Keselamatan kerja

1

Nilai Akhir

 

 

 

LEMBAR KUNCI JAWABAN

 

Kunci Jawaban 2.2.1

  • Pembuatan terminasi memiliki bentuk yang bulat, rapi, dan inti penghantar serta isolasi tidak rusak.
  • Pembuatan macam-macam sambungan memiliki lilitan sambungan yang rapi, kuat serta ini penghantar dan isolasi tidak rusak.
  • Pembengkokan pipa menghasilkan bengkokan pipa paralon yang halus, tidak melelh atau rusak dan rapi.
  • Pemasangan fitting gantung menghasilkan pilinan kabel pender snor yang tetap rapi, pemasangan penghantar pada terminal benar dan kuat, tali benang rapi dan kuat serta kabel pender snor pada fitting gantung membentuk kupu-kupu.

 

Kunci Jawaban 2.2.2

  • Memasang pipa dalam tembok dan rangka kayu diatas plahpon hasilnya rapi, kuat dan hasil menambal alur tembok menunjukkan rata, halus seperti sediakala.
  • Memasukkan penghantar dalam pipa dan membuat hubungan saklar, fitting lampu dan stop kontak hasilnya harus benar, rapi, kuat dan aman serta sesuai dengan standar PUIL.
  • Memasang kotak sekering, KWHmeter, MCB dan elektroda Batang hasilnya harus benar, rapi, kuat dan aman.

 

Kunci Jawaban 2.2.3

  • Mengukur tahanan isolasi instalasi listrik rumah tinggal dengan megger menunjukkan cara pengukuran yang benar.
  • Memasang kabel DX dari dak standard ke tiang pengisi menghasilkan pemasangan yang benar, rapi, kuat dan aman.

 

 

Kunci Jawaban Lembar Evaluasi

 

Hasil pemasangan instalasi listrik penerangan rumah tinggal menunjukkan hal – hal berikut :

  1. Seluruh lampu harus dapat menyala atau mati dengan pelayanan saklar, demikian halnya stop kontak harus senantiasa bertegangan.
  2. Pemasangan pipa pralon rapi, kuat dan bekas plesteran alur pada tembok telah ditambal dengan baik.
  3. Semua sambungan kawat baik phasa, nol ataupun ground benar dan kuat.
  4. Pemasangan MCB, KWH, Kotak Sekering, pentanahan benar dan kuat.
  5. Pengukuran tahanan isolasi instalasi antara phasa – nol dan phasa–ground menunjukkan harga diatas 1000 kali tegangan kerja (220 V).
  6. Sambungan penghantar DX dari dak standard ke tiang pengisi benar, rapi dan kuat serta aman.
  7. Waktu penyelesaian maksimal 12 jam.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Badan Standarisasi Nasional, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta, 2000.

_____            , Master Electrician’s Workbook, P Publication, Springfield, 1987.

Basrowi, Teori Instalasi Listrik Penerangan, FPTK IKIP Yogyakarta, 1996.